Sunday, 21 October 2018

tugas


https://asysyariah-com.cdn.ampproject.org/v/asysyariah.com/kaum-hedonis/amp/?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQCCAE%3D#referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=From%20%251%24s&ampshare=http%3A%2F%2Fasysyariah.com%2Fkaum-hedonis%2F

Link Kinemaster v5

https://drive.google.com/file/d/1tuIAYWCOXXmeFzuOoyX_rHorNPs4CJg_/view?usp=drivesdk











Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yg tlah memberi sebaik-baik nikmat berupa Iman dan Islam.Shalawat dan doa keselamatan mari kita limpahkan selalu kpd Nabi Muhammad SAW berserta keluarga dan para sahabatnya.Amin

Keterangan berikut ini lebih menjelaskan detail sehingga kita bisa mengikuti lebih jelas apa yg dimaksud pada 4 poin pd renungan 4 kewajiban terhadap Al Qur'an dan 19 Akibat Dosa pd renungan sebelumnya. 

Al Qur'an sebagai Kitab Suci, Wahyu Ilahi, mempunyai adab-adab tersendiri bagi org-org yg membacanya. Adab-adab itu sudah diatur dgn sangat baik, untuk penghormatan dan keagungan Al-Quran, tiap-tiap org harus berpedoman kepadanya dan mengerjakannya.

Imam Al Ghazali di dlm kitabnya Ihya Ulumuddin telah memperinci dgn sejelas-jelasnya bagaimana hendaknya adab-adab membaca Al Qur'an mjd adab yg mengenal batin, dan adab yg mengenal lahir.

Adab yg mengenal batin itu, diperinci lagi mjd arti memahami asal kalimat, cara hati membesarkan kalimat Allah, menghadirkan hati dikala membaca sampai ke tingkat memperluas, memperhalus perasaan dan membersihkan jiwa. Dgn demikian, kandungan Al Quran yg dibaca dgn perantaraan lidah, dapat bersemi dlm jiwa dan meresap ke dlm hati sanubarinya.

Kesemuanya ini adalah adab yg berhubungan dgn batin, yaitu dgn hati dan jiwa. Sebagai contoh, Imam Al Gazhali menjelaskan, bagaimana cara hati membesarkan kalimat Allah, yaitu bagi pembaca Al Qur'an ketika ia memulainya, maka terlebih dahulu ia harus menghadirkan dlm hatinya, betapa kebesaran Allah yg mempunyai kalimat-kalimat itu. Dia harus yakin dlm hatinya, bahwa yg dibacanya itu bukanlah kalam manusia, tetapi adalah kalam Allah Azza wa Jalla.

Membesarkan kalam Allah itu, bukan saja dlm membacanya, tetapi juga dlm menjaga tulisan-tulisan Al Quran itu sendiri. Sebagaimana yg diriwayatkan, 'Ikrimah bin Abi Jahl, sangat gusar hatinya bila melihat lembaran-lembaran yg bertuliskan Al Quran berserak-serak seolah-olah tersia-sia, lalu ia memungutnya selembar demi selembar, sambil berkata:"Ini adalah kalam Tuhanku! Ini adalah kalam Tuhanku, membesarkan kalam Allah berarti membesarkan Allah."

https://scontent-sin6-2.xx.fbcdn.net/v/t1.0-0/s180x540/28281_1398687964691_1904511_n.jpg?_nc_cat=110&_nc_ht=scontent-sin6-2.xx&oh=80f1b03f6b76bf82cc0d48ba3fadece0&oe=5C468C1DAdapun mengenai adab lahir dlm membaca Al Quran, selain didapati di dlm kitab Ihya Ulumuddin, juga banyak terdapat di dlm kitab-kitab lainnya. Misalnya dlm kitab Al Itqan oleh Al Imam Jalaludin As Suyuthu, tantang adab membaca Al Quran itu di perincinya sampai mjd beberapa bagian Diantara adab-adab membaca Al Quran, yg terpenting ialah:

1. Disunatkan membaca Al Quran sesudah berwudhu, dlm keadaan bersih, sebab yg dibaca adalah wahyu Allah.

2. Mengambil Al Quran hendaknya dgn tangan kanan, sebaiknya memegangnya dgn kedua belah tangan.

3. Disunatkan membaca Al Quran di tempat yg bersih, seperti di rumah, di surau, di mushalla dan di tempat-tempat lain yg dianggap bersih. Tapi yg paling utama ialah di mesjid.

4. Disunatkan membaca Al Quran menghadap ke Qiblat, membacanya dgn khusyu' dan tenang; sebaiknya dgn berpakaian yg pantas.

5. Ketika membaca Al Quran, mulut hendaknya bersih, tidak berisi makanan, sebaiknya sebelum membaca Al Quran mulut dan gigi dibersihkan terlebih dahulu.

6. Sebelum membaca Al Quran disunatkan membaca ta'awwudz, yg berbunyi: A'udzubillahi minasy syaithanirrajim. Sesudah itu barulah dibaca Bismillahirrahmanir rahim. Maksudnya, diminta lebih dahulu perlindungan Allah, supaya terjauh pengaruh tipu daya syaitan, sehingga hati dan fikiran tetap tenang di waktu membaca Al Quran, dijauhi dari gangguan. Biasa juga org yg sebelum atau sesudah membaca ta'awwudz itu, berdoa dgn maksud memohon kepada Alah supaya hatinya mjd terang. Doa itu berbunyi sebagai berikut "Ya Allah bukakanlah kiranya kepada kami hikmat-Mu, dan taburkanlah kepada kami rahmat dan khazanah-Mu, ya Allah yg M Jika hendak mulai membaca Al Qur’an, maka dia memohon perlindungan dengan mengucapkan: A’uudzu billaahi minasy-syaithaanir rajiim (Aku Berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari Syaitan yang terkutuk). Sebagian ulama salaf berkata: Ta’awwudz itu sepatutnya dibaca sesudah membaca Al  Qur’an berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Jika kamu membaca Al Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari syaitan yang terkutuk.” (QS An-Nahl 16: 98)
Maksud ayat ini menurut jumhur ulama, apabila kamu ingin membaca Al Qur’an, maka mohonlah perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari syaitan yang terkutuk.
Sejumlah ulama salaf berpendapat, ‘Auudzu billaahis sami’il ‘aliimi minasy-syaithaanir rajiim (Aku memohon perlindungan kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari syaitan yang terkutuk).
Tidaklah mengapa jika mengucapkan perkataan ini. Bagaimanapun yang terpilih adalah bentuk ta’awwudz yang pertama.
Kemudian, sesungguhnya ta’awwudz itu mustahab (disunnahkan) dan bukan wajib. Ta’awwudz itu disunnahkan bagi setiap pembaca Al Qur’an, sama saja di dalam sembahyang atau di luarnya. Di dalam sembahyang diutamakan membacanya dalam setiap rakaat menurut pendapat yang shahih dari dua pendapat tersebut.
Menurut pendapat yang kedua diutamakan membacanya pada rakaat pertama. Jika ditinggalkan pada rakaat pertama, maka hendaklah dia membacanya pada rakaat kedua.
Diutamakan pula membaca ta’awwudz dalam takbir pertama sembahyang jenazah, menurut pendapat yang lebih shahih di antara dua pendapat.
Hendaklah orang yang membaca Al Qur’an selalu membaca Bismillahir Rahmaanir Rahiim pada awal setiap surah selain surah Bara’ah karena sebagian besar ulama mengatakan, ia adalah ayat, sebab ditulis di dalam Mushaf. Basmalah ditulis di awal setiap surah, kecuali Bara’ah. Jika tidak membaca basmalah, maka dia meninggalkan sebagian Al Qur’an menurut sebagian besar ulama.
Kalau bacaan itu karena tugas yang diwajibkan atasnya sebagai orang yang diupah dan digaji, maka perhatian atas bacaan basmalah lebih ditekankan untuk memastikan pembacaan khatam. Karena jika ditinggalkannya, maka dia tidak mendapat sesuatu karena waqaf, bagi orang yang mengatakan bahwa basmalah adalah termasuk ayat di awal surah. Ini adalah penjelasan berharga yang ditekankan agar diperhatikan dan disebarkan.

aha Pengasih lagi Maha Penyayang."



7. Disunatkan membaca Al Quran dgn tartil, yaitu dgn bacaan yg pelan-pelan dan tenang, sesuai dgn firman Allah dlm surat (73) Al Muzammil ayat 4: "....Dan bacalah Al Quran itu dgn tartil".Membaca dgn tartil itu lebih banyak memberi bekas dan mempengaruhi jiwa, serta serta lebih mendatangkan ketenangan batin dan rasa hormat kepada Al Quran. Telah berkata Ibnu Abbas r.a.:" Aku lebih suka membaca surat Al Baqarah dan Ali Imran dgn tartil, daripada kubaca seluruh Al Quran dgn cara terburu-buru dan cepat-cepat."

8. Bagi org yg sudah mengerti arti dan maksud ayat-ayat Al Quran, disunatkan membacanya dgn penuh perhatian dan pemikiran tentang ayat-ayat yg dibacanya itu dan maksudnya. Cara pembacaan seperti inilah yg dikehendaki, yaitu lidahnya bergerak membaca, hatinya turut memperhatikan dan memikirkan arti dan maksud yg terkandung dlm ayat-ayat yg dibacanya. Dgn demikian, ia akan sampai kepada hakikat yg sebenarnya, yaitu membaca Al Quran serta mendalami isi yg terkandung di dlmnya.Hal itu akan mendorongnya untuk mengamalkan isi Al Quran itu. Firman Allah dlm surat (4) An Nisaa ayat 82 berbunyi sebagai berikut: "Apakah mereka tidak memperhatikan (isi) Al Quran?..."

Bila membaca Al Quran yg selalu disertai perhatian dan pemikiran arti dan maksudnya, maka dapat ditentukan ketentuan-ketentuan terhadap ayat-ayat yg dibacanya. Umpamanya: Bila bacaan sampai kepada ayat tasbih, maka dibacanya tasbih dan tahmid; Bila sampai pada ayat Doa dan Istighfar, lalu berdoa dan minta ampun; bila sampai pada ayat azab, lalu meminta perlindungan kepada Allah; bila sampai kepada ayat rahmat, lalu meminta dan memohon rahmat dan begitu seterusnya. Caranya, boleh diucapkan dgn lisan atau cukup dlm hati saja. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud, dari Ibnu Abbas yg maksudnya sebagai berikut: "Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. apabila membaca: "sabbihissma rabbikal a'la beliau lalu membaca subhanarobbiyal a'la.

Diriwayatkan pula oleh Abu Daud, dan Wa-il binHijr yg maksudnya sebagai berikut:" Aku dgn Rasulullah membaca surat Al Fatihah , maka Rasulullah SAW sesudah membaca walad dholliin lalu membaca aamin . Demikian juga disunatkan sujud, bila membaca ayat-ayat sajadah, dan sujud itu dinamakan sujud tilawah.

Ayat-ayat sajadah itu terdapat pada 15 tempat yaitu:
· dlm surat Al-A'raaf ayat 206
· dlm surat Ar-ra'd ayat 15
· dlm surat An-Nahl ayat 50
· dlm surat Bani Israil ayat 109
· dlm surat Maryam ayat 58
· dlm surat Al-Haji ayat 18 dan ayat 77
· dlm surat Al Furqaan ayat 60
· dlm surat Annaml ayat 26
· dlm surat As-Sajdah ayat 15
· dlm surat As-Shad ayat 24
· dlm surat Haamim ayat 38
· dlm surat An-Najm ayat 62
· dlm surat Al-Insyiqaq ayat 21, dan
· dlm surat Al-'Alaq ayat 19

9. Dlm membaca Al Quran itu, hendaknya benar-benar diresapkan arti dan maksudnya, lebih-lebih apabila sampai pada ayat-ayat yg menggambarkan nasib org-org yg berdosa, dan bagaimana hebatnya siksaan yg disediakan bagi mereka. Sehubungan dgn itu, menurut riwayat, para sahabat banyak yg mencucurkan air matanya di kala membaca dan mendengar ayat-ayat suci Al Quran yg menggambarkan betapa nasib yg akan diderita oleh org-org yg berdosa.

10. Disunatkan membaca Al Quran dgn suara yg bagus lagi merdu, sebab suara yg bagus dan merdu itu menambah keindahan islubnya Al Quran. Rasulullah SAW telah bersabda: "Kamu hiasilah Al Quran itu dgn suaramu yg merdu" Diriwayatkan, bahwa pada suatu malam Rasulullah SAW menunggu-nunggu istrinya, Sitti 'Aisyah r.a. yg kebetulan agak terlambat datangnya. Setelah ia datang, Rasulullah SAW bertanya kepadanya: "Bagaimanakah keadaanmu?" Aisyah RA menjawab :"Aku terlambat datang, karena mendengarkan bacaan Al Quran seseorg yg sangat bagus lagi merdu suaranya. Belum pernah aku mendengarkan suara sebagus itu."

Maka Rasulullah SAW terus berdiri dan pergi mendengarkan bacaan Al Quran yg dikatakan Aisyah itu. Rasulullah SAW kembali dan mengatakan kepada Aisyah RA: "org itu adalah Salim, budak sahaya Abi Huzaifah. Puji-pujian bagi Allah yg telah mjdkan org yg suaranya merdu seperti Salim itu sebagai ummatku."

Oleh sebab itu, melagukan Al Quran dgn suara yg bagus, adalah disunatkan, asalkan tidak melanggar ketentuan-ketentuan dan tata cara membaca sebagaimana yg telah ditetapkan dlm ilmu qiraat dan tajwid, seperti menjaga madnya, harakatnya (barisnya) idghamnya dan lain-lainnya. Di dlm kitab zawaidur raudhah, diterangkan bahwa melagukan Al Quran dgn cara bermain-main serta melanggar ketentuan-ketentuan seperti tersebut di atas itu, haramlah hukumnya; org yg membacanya dianggap fasiq, juga org yg mendengarkannya turut berdosa.

11. Sedapat-dapatnya membaca Al Quran janganlah diputuskan hanya karena hendak berbicara dgn org lain. Hendaknya pembacaan diteruskan sampai ke batas yg telah ditentukan, barulah disudahi. Juga dilarang tertawa-tawa, bermain-main dan lain-lain yg semacam itu, ketika sedang membaca Al Quran. Sebab pekerjaan yg seperti itu tidak layak dilakukan sewaktu membaca Kitab Suci dan berarti tidak menghormati kesuciannya.

Itulah diantara adab-adab yg terpenting yg harus dijaga dan diperhatikan, sehingga dgn demikian kesucian Al Quran dapat terpelihara menurut arti yg sebenarnya.


12. Memilih Tempat yang Tenang Saat Baca Quran

Adab Membaca Al Quran dalam Islam Sesuai Sunnah

Carilah tempat yang tenang dan waktu yang sesuai karena lebih mengundang bersatunya keinginan kuatnya dan kejernihan hatinya.

13. Jangan sambil tertawa dan bermain-main saat membaca Al’Quran.
Canda yang dibolehkan di luar membaca Al Qur'an seperti yang tersebut dalam suatu riwayat "Bercanda tetapi tetap berkata benar dan tidak mengandung kebohongan dan permusuhan" tidak diperbolehkan pada saat membaca Al Qur'an. Sebaliknya harus dihindarkan darinya. Tidak setiap yang dibolehkan di luar waktu membaca Al Qur'an dibolehkan di dalamnya, sebagaimana tidak semua yang dibolehkan di luar salat dibolehkan di dalamnya. Apalagi yang mengganggu pembaca atau pendengar dari merenungkan dan memahami Al Qur'an, seperti debat kusir dan tertawa. Bahkan bermain dan tertawa saat membaca Al Qur'an adalah termasuk perbuatan orang-orang musyrik. Allah berfirman Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Qur'an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan (mereka).[Fushshilat:26] dan Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. [Al Jaatsiyah:9] serta Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu menertawakan dan tidak menangis? [An Najm:59-60].
Dalam ayat-ayat itu orang mukmin disifati dengan menangis dan khusyuk saat membaca Al Qur'an.
Dari itu, barang siapa yang tertawa saat membaca Al Qur'an telah berbuat seperti orang musyrik. Barang siapa yang diperingatkan tentang hal itu jangan sampai menjawab: "Kamu ini memusuhi saya" tetapi hendaknya dia menaati Allah dan Rasul-Nya dan tidak menjadi seperti orang yang apabila dikatakan kepadanya "Bertakwalah kepada Allah" malah berbangga dengan dosanya.
14.Membaca Al’Quran dengan sura yang merdu dan pelan
 Dari Uqbah bin Amir ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang membaca Alquran dengan suara keras adalah seperti orang yang bersedekah terang-terangan, dan orang yang membaca Alquran dengan suara perlahan adalah seperti orang yang bersedekah dengan sembunyi-bunyi.” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, Nasa’i, dan Hakim).
Dikutip dari Buku yang berjudul “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a. bahwa kadangkala, bersedekah dengan terang-terangan itu lebih baik seandainya hal itu dapat menimbulkan semangat bersedekah kepada orang lain atau untuk suatu kebaikan. Namun pada kesempatan yang lain, bersedekah dengan sembunyi-sembunyi itu lebih baik jika dikhawatirkan akan menimbulkan riya atau dianggap merendahkan orang lain.
Demikian halnya dengan membaca Alquran. Kadangkala bersuara keras itu lebih baik daripada dengan suara pelan. Dengan maksud jika bacaan itu menyebabkan orang lain bergairah membaca Alquran dan menyebabkan pahala bagi orang yang mendengarnya.
Pada saat yang lain membaca Alquran dengan pelan itu lebih baik jika ternyata dapat mengganggu orang lain atau dikhawatirkan riya dan lainnya. Oleh karena itu, baik membaca dengan suara keras itu lebih sesuai, dan kadangkala membaca dengan suara pelan pun lebih sesuai.
Banyak dalil yang mengatakan membaca dengan suara pelan itu lebih baik, berdasarkan hadits yang disebutkan di atas. Imam Baihaqi menulis di dalam Asy-Syu’bu (sebagian ulama melemahkan hadits ini), dari Aisyah r.ha, “Amalan yang dikerjakan dengan sembunyi-sembunyi tujuh puluh kali lipat lebih baik daripada amalan dengan terang-terangan.” Jabir ra meriwayatkan, Nabi SAW bersabda, “Janganlah membaca terlalu keras sehingga tercampur suara yang satu dengan suara yang lain.”
Umar bin Abdul Aziz ra melihat seorang yang membaca Alquran dengan suara keras di dalam Masjid Nabawi, maka ia menghentikannya. Tetapi, orang yang membaca itu menentangnya. Kemudian Umar bin Abdul Aziz ra berkata, “Jika kamu membacanya untuk manusia, maka bacaanmu tidak ada gunanya.”
Selain itu, Nabi SAW juga memerintahkan agar membaca Alquran dengan suara keras. Di dalam Syarah Al-Ihya juga ditulis mengenai kedua cara tersebut baik dalam riwayat hadits ataupun atsar sahabat ra.
Intinya  semua kembali terhadap niatnya, baik itu membaca dengan suara keras atau dengan suara pelan. Dari Umar ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Amal itu tergantng niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yanng hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah (HR. Bukhari, Muslim,).
Imam Bukhari menyebutkan hadis tersebut tersirat bahwa setiap amal yang tidak diniatkan karena mengaharap Wajah Allah adalah sia-sia, tidak ada hasil sama sekali baik di dunia maupun di akhirat. Wallahualam.

15. Ucapan "صدق الله العظيم" Apakah juga Adab Membaca Al-Quran?


Ucapan صدق الله العظيم setelah selesai membaca al-Quran dan membacanya secara terus menerus adalah tidak ma'tsur (tidak sunnah). Ucapan tersebut adalah kalimat yang benar pada segi maknanya, akan tetapi mengucapkannya secara terus menerus setiap kali usai membaca al-Quran adalah bid'ah. Karena ia tidak didapatkan dari Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam.







Share:

0 comments:

Post a Comment

Search This Blog

Muhammad Bukhari. Powered by Blogger.

Labels

Labels

Blogger templates