https://asysyariah-com.cdn.ampproject.org/v/asysyariah.com/kaum-hedonis/amp/?amp_js_v=a2&_gsa=1&usqp=mq331AQCCAE%3D#referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=From%20%251%24s&share=http%3A%2F%2Fasysyariah.com%2Fkaum-hedonis%2F
Link Kinemaster v5
https://drive.google.com/file/d/1tuIAYWCOXXmeFzuOoyX_rHorNPs4CJg_/view?usp=drivesdk
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yg tlah memberi sebaik-baik nikmat berupa Iman dan Islam.Shalawat dan doa keselamatan mari kita limpahkan selalu kpd Nabi Muhammad SAW berserta keluarga dan para sahabatnya.Amin
Keterangan berikut ini lebih menjelaskan detail sehingga kita bisa mengikuti lebih jelas apa yg dimaksud pada 4 poin pd renungan 4 kewajiban terhadap Al Qur'an dan 19 Akibat Dosa pd renungan sebelumnya.
Al Qur'an sebagai Kitab Suci, Wahyu Ilahi, mempunyai adab-adab tersendiri bagi org-org yg membacanya. Adab-adab itu sudah diatur dgn sangat baik, untuk penghormatan dan keagungan Al-Quran, tiap-tiap org harus berpedoman kepadanya dan mengerjakannya.
Imam Al Ghazali di dlm kitabnya Ihya Ulumuddin telah memperinci dgn sejelas-jelasnya bagaimana hendaknya adab-adab membaca Al Qur'an mjd adab yg mengenal batin, dan adab yg mengenal lahir.
Adab yg mengenal batin itu, diperinci lagi mjd arti memahami asal kalimat, cara hati membesarkan kalimat Allah, menghadirkan hati dikala membaca sampai ke tingkat memperluas, memperhalus perasaan dan membersihkan jiwa. Dgn demikian, kandungan Al Quran yg dibaca dgn perantaraan lidah, dapat bersemi dlm jiwa dan meresap ke dlm hati sanubarinya.
Kesemuanya ini adalah adab yg berhubungan dgn batin, yaitu dgn hati dan jiwa. Sebagai contoh, Imam Al Gazhali menjelaskan, bagaimana cara hati membesarkan kalimat Allah, yaitu bagi pembaca Al Qur'an ketika ia memulainya, maka terlebih dahulu ia harus menghadirkan dlm hatinya, betapa kebesaran Allah yg mempunyai kalimat-kalimat itu. Dia harus yakin dlm hatinya, bahwa yg dibacanya itu bukanlah kalam manusia, tetapi adalah kalam Allah Azza wa Jalla.
Membesarkan kalam Allah itu, bukan saja dlm membacanya, tetapi juga dlm menjaga tulisan-tulisan Al Quran itu sendiri. Sebagaimana yg diriwayatkan, 'Ikrimah bin Abi Jahl, sangat gusar hatinya bila melihat lembaran-lembaran yg bertuliskan Al Quran berserak-serak seolah-olah tersia-sia, lalu ia memungutnya selembar demi selembar, sambil berkata:"Ini adalah kalam Tuhanku! Ini adalah kalam Tuhanku, membesarkan kalam Allah berarti membesarkan Allah."
Adapun mengenai adab lahir dlm membaca Al Quran, selain didapati di dlm kitab Ihya Ulumuddin, juga banyak terdapat di dlm kitab-kitab lainnya. Misalnya dlm kitab Al Itqan oleh Al Imam Jalaludin As Suyuthu, tantang adab membaca Al Quran itu di perincinya sampai mjd beberapa bagian Diantara adab-adab membaca Al Quran, yg terpenting ialah:
1. Disunatkan membaca Al Quran sesudah berwudhu, dlm keadaan bersih, sebab yg dibaca adalah wahyu Allah.
2. Mengambil Al Quran hendaknya dgn tangan kanan, sebaiknya memegangnya dgn kedua belah tangan.
3. Disunatkan membaca Al Quran di tempat yg bersih, seperti di rumah, di surau, di mushalla dan di tempat-tempat lain yg dianggap bersih. Tapi yg paling utama ialah di mesjid.
4. Disunatkan membaca Al Quran menghadap ke Qiblat, membacanya dgn khusyu' dan tenang; sebaiknya dgn berpakaian yg pantas.
5. Ketika membaca Al Quran, mulut hendaknya bersih, tidak berisi makanan, sebaiknya sebelum membaca Al Quran mulut dan gigi dibersihkan terlebih dahulu.
6. Sebelum membaca Al Quran disunatkan membaca ta'awwudz, yg berbunyi: A'udzubillahi minasy syaithanirrajim. Sesudah itu barulah dibaca Bismillahirrahmanir rahim. Maksudnya, diminta lebih dahulu perlindungan Allah, supaya terjauh pengaruh tipu daya syaitan, sehingga hati dan fikiran tetap tenang di waktu membaca Al Quran, dijauhi dari gangguan. Biasa juga org yg sebelum atau sesudah membaca ta'awwudz itu, berdoa dgn maksud memohon kepada Alah supaya hatinya mjd terang. Doa itu berbunyi sebagai berikut "Ya Allah bukakanlah kiranya kepada kami hikmat-Mu, dan taburkanlah kepada kami rahmat dan khazanah-Mu, ya Allah yg M Jika hendak mulai membaca Al Qur’an, maka dia memohon perlindungan dengan mengucapkan: A’uudzu billaahi minasy-syaithaanir rajiim (Aku Berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari Syaitan yang terkutuk). Sebagian ulama salaf berkata: Ta’awwudz itu sepatutnya dibaca sesudah membaca Al Qur’an berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Jika kamu membaca Al Qur’an,
hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari
syaitan yang terkutuk.” (QS An-Nahl 16: 98)
Maksud ayat ini menurut
jumhur ulama, apabila kamu ingin membaca Al Qur’an, maka mohonlah perlindungan
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari syaitan yang terkutuk.
Sejumlah ulama salaf
berpendapat, ‘Auudzu
billaahis sami’il ‘aliimi minasy-syaithaanir rajiim (Aku
memohon perlindungan kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari
syaitan yang terkutuk).
Tidaklah mengapa jika
mengucapkan perkataan ini. Bagaimanapun yang terpilih adalah bentuk ta’awwudz
yang pertama.
Kemudian, sesungguhnya ta’awwudz itu mustahab
(disunnahkan) dan bukan wajib. Ta’awwudz itu disunnahkan bagi setiap pembaca Al
Qur’an, sama saja di dalam sembahyang atau di luarnya. Di dalam sembahyang
diutamakan membacanya dalam setiap rakaat menurut pendapat yang shahih dari dua
pendapat tersebut.
Menurut pendapat yang kedua
diutamakan membacanya pada rakaat pertama. Jika ditinggalkan pada rakaat
pertama, maka hendaklah dia membacanya pada rakaat kedua.
Diutamakan pula membaca ta’awwudz dalam
takbir pertama sembahyang jenazah, menurut pendapat yang lebih shahih di antara
dua pendapat.
Hendaklah orang yang membaca
Al Qur’an selalu membaca Bismillahir
Rahmaanir Rahiim pada awal setiap surah selain surah Bara’ah karena
sebagian besar ulama mengatakan, ia adalah ayat, sebab ditulis di dalam Mushaf.
Basmalah ditulis di awal setiap surah, kecuali Bara’ah. Jika tidak membaca
basmalah, maka dia meninggalkan sebagian Al Qur’an menurut sebagian besar
ulama.
Kalau bacaan itu karena tugas
yang diwajibkan atasnya sebagai orang yang diupah dan digaji, maka perhatian
atas bacaan basmalah lebih ditekankan untuk memastikan pembacaan khatam. Karena
jika ditinggalkannya, maka dia tidak mendapat sesuatu karena waqaf, bagi orang
yang mengatakan bahwa basmalah adalah termasuk ayat di awal surah. Ini adalah
penjelasan berharga yang ditekankan agar diperhatikan dan disebarkan.
aha Pengasih
lagi Maha Penyayang."
7. Disunatkan membaca Al Quran dgn tartil, yaitu dgn bacaan yg
pelan-pelan dan tenang, sesuai dgn firman Allah dlm surat (73) Al Muzammil ayat
4: "....Dan bacalah Al Quran itu dgn tartil".Membaca dgn tartil itu
lebih banyak memberi bekas dan mempengaruhi jiwa, serta serta lebih
mendatangkan ketenangan batin dan rasa hormat kepada Al Quran. Telah berkata
Ibnu Abbas r.a.:" Aku lebih suka membaca surat Al Baqarah dan Ali Imran
dgn tartil, daripada kubaca seluruh Al Quran dgn cara terburu-buru dan
cepat-cepat."
8. Bagi org yg sudah mengerti arti dan maksud ayat-ayat Al
Quran, disunatkan membacanya dgn penuh perhatian dan pemikiran tentang
ayat-ayat yg dibacanya itu dan maksudnya. Cara pembacaan seperti inilah yg
dikehendaki, yaitu lidahnya bergerak membaca, hatinya turut memperhatikan dan
memikirkan arti dan maksud yg terkandung dlm ayat-ayat yg dibacanya. Dgn
demikian, ia akan sampai kepada hakikat yg sebenarnya, yaitu membaca Al Quran
serta mendalami isi yg terkandung di dlmnya.Hal itu akan mendorongnya untuk
mengamalkan isi Al Quran itu. Firman Allah dlm surat (4) An Nisaa ayat 82
berbunyi sebagai berikut: "Apakah mereka tidak memperhatikan (isi) Al
Quran?..."
Bila membaca Al Quran yg selalu disertai perhatian dan
pemikiran arti dan maksudnya, maka dapat ditentukan ketentuan-ketentuan
terhadap ayat-ayat yg dibacanya. Umpamanya: Bila bacaan sampai kepada ayat
tasbih, maka dibacanya tasbih dan tahmid; Bila sampai pada ayat Doa dan
Istighfar, lalu berdoa dan minta ampun; bila sampai pada ayat azab, lalu
meminta perlindungan kepada Allah; bila sampai kepada ayat rahmat, lalu meminta
dan memohon rahmat dan begitu seterusnya. Caranya, boleh diucapkan dgn lisan
atau cukup dlm hati saja. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud, dari Ibnu Abbas
yg maksudnya sebagai berikut: "Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. apabila
membaca: "sabbihissma rabbikal a'la beliau lalu membaca subhanarobbiyal
a'la.
Diriwayatkan pula oleh Abu Daud, dan Wa-il binHijr yg
maksudnya sebagai berikut:" Aku dgn Rasulullah membaca surat Al Fatihah ,
maka Rasulullah SAW sesudah membaca walad dholliin lalu membaca aamin .
Demikian juga disunatkan sujud, bila membaca ayat-ayat sajadah, dan sujud itu
dinamakan sujud tilawah.
Ayat-ayat sajadah itu terdapat pada 15 tempat yaitu:
· dlm surat Al-A'raaf ayat 206
· dlm surat Ar-ra'd ayat 15
· dlm surat An-Nahl ayat 50
· dlm surat Bani Israil ayat 109
· dlm surat Maryam ayat 58
· dlm surat Al-Haji ayat 18 dan ayat 77
· dlm surat Al Furqaan ayat 60
· dlm surat Annaml ayat 26
· dlm surat As-Sajdah ayat 15
· dlm surat As-Shad ayat 24
· dlm surat Haamim ayat 38
· dlm surat An-Najm ayat 62
· dlm surat Al-Insyiqaq ayat 21, dan
· dlm surat Al-'Alaq ayat 19
9. Dlm membaca Al Quran itu, hendaknya benar-benar diresapkan
arti dan maksudnya, lebih-lebih apabila sampai pada ayat-ayat yg menggambarkan
nasib org-org yg berdosa, dan bagaimana hebatnya siksaan yg disediakan bagi
mereka. Sehubungan dgn itu, menurut riwayat, para sahabat banyak yg mencucurkan
air matanya di kala membaca dan mendengar ayat-ayat suci Al Quran yg
menggambarkan betapa nasib yg akan diderita oleh org-org yg berdosa.
10. Disunatkan membaca Al Quran dgn suara yg bagus lagi merdu,
sebab suara yg bagus dan merdu itu menambah keindahan islubnya Al Quran.
Rasulullah SAW telah bersabda: "Kamu hiasilah Al Quran itu dgn suaramu yg
merdu" Diriwayatkan, bahwa pada suatu malam Rasulullah SAW menunggu-nunggu
istrinya, Sitti 'Aisyah r.a. yg kebetulan agak terlambat datangnya. Setelah ia
datang, Rasulullah SAW bertanya kepadanya: "Bagaimanakah keadaanmu?"
Aisyah RA menjawab :"Aku terlambat datang, karena mendengarkan bacaan Al
Quran seseorg yg sangat bagus lagi merdu suaranya. Belum pernah aku
mendengarkan suara sebagus itu."
Maka Rasulullah SAW terus berdiri dan pergi mendengarkan
bacaan Al Quran yg dikatakan Aisyah itu. Rasulullah SAW kembali dan mengatakan
kepada Aisyah RA: "org itu adalah Salim, budak sahaya Abi Huzaifah.
Puji-pujian bagi Allah yg telah mjdkan org yg suaranya merdu seperti Salim itu
sebagai ummatku."
Oleh sebab itu, melagukan Al Quran dgn suara yg bagus, adalah
disunatkan, asalkan tidak melanggar ketentuan-ketentuan dan tata cara membaca
sebagaimana yg telah ditetapkan dlm ilmu qiraat dan tajwid, seperti menjaga
madnya, harakatnya (barisnya) idghamnya dan lain-lainnya. Di dlm kitab zawaidur
raudhah, diterangkan bahwa melagukan Al Quran dgn cara bermain-main serta
melanggar ketentuan-ketentuan seperti tersebut di atas itu, haramlah hukumnya;
org yg membacanya dianggap fasiq, juga org yg mendengarkannya turut berdosa.
11. Sedapat-dapatnya membaca Al Quran janganlah diputuskan hanya
karena hendak berbicara dgn org lain. Hendaknya pembacaan diteruskan sampai ke
batas yg telah ditentukan, barulah disudahi. Juga dilarang tertawa-tawa,
bermain-main dan lain-lain yg semacam itu, ketika sedang membaca Al Quran.
Sebab pekerjaan yg seperti itu tidak layak dilakukan sewaktu membaca Kitab Suci
dan berarti tidak menghormati kesuciannya.
Itulah diantara adab-adab yg terpenting yg harus dijaga dan
diperhatikan, sehingga dgn demikian kesucian Al Quran dapat terpelihara menurut
arti yg sebenarnya.
12. Memilih Tempat
yang Tenang Saat Baca Quran
Carilah tempat yang tenang dan waktu yang sesuai karena lebih mengundang bersatunya keinginan kuatnya dan kejernihan hatinya.
13. Jangan sambil tertawa dan bermain-main
saat membaca Al’Quran.
Canda yang dibolehkan di luar membaca Al Qur'an seperti yang
tersebut dalam suatu riwayat "Bercanda tetapi tetap berkata benar dan
tidak mengandung kebohongan dan permusuhan" tidak diperbolehkan pada saat
membaca Al Qur'an. Sebaliknya harus dihindarkan darinya. Tidak setiap yang
dibolehkan di luar waktu membaca Al Qur'an dibolehkan di dalamnya, sebagaimana
tidak semua yang dibolehkan di luar salat dibolehkan di dalamnya. Apalagi yang
mengganggu pembaca atau pendengar dari merenungkan dan memahami Al Qur'an,
seperti debat kusir dan tertawa. Bahkan bermain dan tertawa saat membaca Al
Qur'an adalah termasuk perbuatan orang-orang musyrik. Allah berfirman Dan
orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan
sungguh-sungguh akan Al Qur'an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya
kamu dapat mengalahkan (mereka).[Fushshilat:26] dan Dan apabila dia mengetahui
barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. [Al Jaatsiyah:9]
serta Maka apakah
kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu menertawakan dan tidak
menangis? [An
Najm:59-60].
Dalam ayat-ayat itu orang
mukmin disifati dengan menangis dan khusyuk saat membaca Al Qur'an.
Dari itu, barang siapa yang
tertawa saat membaca Al Qur'an telah berbuat seperti orang musyrik. Barang
siapa yang diperingatkan tentang hal itu jangan sampai menjawab: "Kamu ini
memusuhi saya" tetapi hendaknya dia menaati Allah dan Rasul-Nya dan tidak
menjadi seperti orang yang apabila dikatakan kepadanya "Bertakwalah kepada
Allah" malah berbangga dengan dosanya.
14.Membaca Al’Quran dengan sura yang
merdu dan pelan
Dari Uqbah bin Amir ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang
yang membaca Alquran dengan suara keras adalah seperti orang yang bersedekah
terang-terangan, dan orang yang membaca Alquran dengan suara perlahan adalah
seperti orang yang bersedekah dengan sembunyi-bunyi.” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud,
Nasa’i, dan Hakim).
Dikutip dari Buku yang berjudul “Himpunan Fadhilah Amal” karya
Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a. bahwa kadangkala, bersedekah
dengan terang-terangan itu lebih baik seandainya hal itu dapat menimbulkan
semangat bersedekah kepada orang lain atau untuk suatu kebaikan. Namun pada
kesempatan yang lain, bersedekah dengan sembunyi-sembunyi itu lebih baik jika
dikhawatirkan akan menimbulkan riya atau dianggap merendahkan orang lain.
Demikian halnya dengan membaca Alquran. Kadangkala bersuara
keras itu lebih baik daripada dengan suara pelan. Dengan maksud jika bacaan itu
menyebabkan orang lain bergairah membaca Alquran dan menyebabkan pahala bagi
orang yang mendengarnya.
Pada saat yang lain membaca Alquran dengan pelan itu lebih baik
jika ternyata dapat mengganggu orang lain atau dikhawatirkan riya dan lainnya.
Oleh karena itu, baik membaca dengan suara keras itu lebih sesuai, dan
kadangkala membaca dengan suara pelan pun lebih sesuai.
Banyak dalil yang mengatakan membaca dengan suara pelan itu
lebih baik, berdasarkan hadits yang disebutkan di atas. Imam Baihaqi menulis di
dalam Asy-Syu’bu (sebagian ulama melemahkan hadits ini), dari Aisyah r.ha,
“Amalan yang dikerjakan dengan sembunyi-sembunyi tujuh puluh kali lipat lebih
baik daripada amalan dengan terang-terangan.” Jabir ra meriwayatkan, Nabi SAW
bersabda, “Janganlah membaca terlalu keras sehingga tercampur suara yang satu
dengan suara yang lain.”
Umar bin Abdul Aziz ra melihat seorang yang membaca Alquran
dengan suara keras di dalam Masjid Nabawi, maka ia menghentikannya. Tetapi,
orang yang membaca itu menentangnya. Kemudian Umar bin Abdul Aziz ra berkata,
“Jika kamu membacanya untuk manusia, maka bacaanmu tidak ada gunanya.”
Selain itu, Nabi SAW juga memerintahkan agar membaca Alquran
dengan suara keras. Di dalam Syarah Al-Ihya juga ditulis mengenai kedua cara
tersebut baik dalam riwayat hadits ataupun atsar sahabat ra.
Intinya semua kembali terhadap niatnya, baik itu membaca
dengan suara keras atau dengan suara pelan. Dari Umar ra bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Amal itu tergantng niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai
niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yanng hijrahnya karena dunia atau
karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia
hijrah (HR. Bukhari, Muslim,).
Imam Bukhari menyebutkan hadis tersebut tersirat bahwa setiap
amal yang tidak diniatkan karena mengaharap Wajah Allah adalah sia-sia, tidak
ada hasil sama sekali baik di dunia maupun di akhirat. Wallahualam.
15. Ucapan "صدق الله العظيم" Apakah juga Adab Membaca Al-Quran?
Ucapan صدق الله العظيم setelah selesai membaca al-Quran dan membacanya secara terus menerus adalah tidak ma'tsur (tidak sunnah). Ucapan tersebut adalah kalimat yang benar pada segi maknanya, akan tetapi mengucapkannya secara terus menerus setiap kali usai membaca al-Quran adalah bid'ah. Karena ia tidak didapatkan dari Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam.